Metro, 27 Juli 2025 — Suasana khidmat menyelimuti peringatan hari lahir ke-24 Pondok Pesantren Roudlatul Qur’an (PPRQ) Kota Metro yang digelar pada Minggu pagi (27/7) di Masjid At-Tibyan, kawasan pesantren. Dengan mengangkat tema “Jaga Al-Qur’an, Pegang Peradaban,” acara ini menjadi momen reflektif dan penuh spiritualitas bagi keluarga besar pesantren serta masyarakat sekitar.
Didirikan pada tahun 2001, Pondok Pesantren Roudlatul Qur’an telah menempuh perjalanan panjang sebagai lembaga pendidikan tahfidz yang mengintegrasikan nilai-nilai tradisi pesantren dengan pendekatan modern. Pendirian pesantren ini disahkan langsung oleh Menteri Agama Republik Indonesia saat itu, Prof. Dr. H. Said Agil Husin Al-Munawar, M.A., yang turut menyaksikan tonggak awal perjalanan PPRQ sebagai pusat pendidikan Al-Qur’an terkemuka di Provinsi Lampung.
Rangkaian kegiatan harlah diawali dengan mujahadah dan doa bersama, diteruskan dengan muqoddaman serta pembacaan sholawat. Acara ini diikuti oleh para santri, alumni, para asatidz, serta masyarakat umum, menciptakan nuansa religius yang kental dan kebersamaan yang kuat.
Dalam sambutannya, Ketua Yayasan Roudlatul Qur’an, H. Benny Musthofa, S.H., M.M., mengenang masa-masa awal pendirian pesantren bersama almaghfurlah KH. Ali Komaruddin Al-Hafidz. Ia menuturkan, “Dua puluh empat tahun yang lalu, saya menyaksikan langsung bagaimana Abi Ali Komaruddin merintis pesantren ini dengan tekad dan visi besar. Saat ini, cita-cita beliau untuk menjadikan PPRQ sebagai pesantren bertaraf nasional bahkan internasional sedang kita wujudkan bersama.”
Beliau juga mengajak para santri untuk terus menjaga semangat menuntut ilmu, memelihara keikhlasan, serta melanjutkan perjuangan para pendiri. Pesannya penuh harap agar nilai-nilai yang diwariskan tidak hanya dipelihara, tapi juga diteruskan dalam setiap langkah kehidupan santri.
Puncak acara harlah diisi dengan tausiyah dan pengarahan dari Pimpinan Pondok Pesantren, Gus H. M. Yahya Musthofa Kamal, S.Ag., Al-Hafidz. Dalam pidatonya, Gus Yahya menekankan pentingnya menjaga warisan spiritual dari pendiri pesantren, yang berakar pada pengabdiannya kepada guru dan Al-Qur’an.
“Yang diwariskan Abi Ali bukan hanya bangunan atau nama besar. Yang lebih utama adalah nilai-nilai khidmah—kepada Al-Qur’an, kepada guru, dan kepada umat. Ini yang wajib terus kita jaga dan rawat,” ungkapnya dengan penuh ketegasan dan harapan.
Lebih jauh, Gus Yahya mengajak seluruh keluarga besar pesantren untuk tetap optimis dalam menatap masa depan. “Alhamdulillah, hingga hari ini, keluarga besar Roudlatul Qur’an tetap diberi keberkahan oleh Allah. Karena kita menjaga amanah, maka Allah menjaga kita. InsyaAllah, tahun depan, di usia ke-25, PPRQ akan menuju kemandirian. Mari bersama-sama kita syiarkan pesantren ini agar manfaatnya menjangkau lebih luas,” pungkasnya.
Desain tema dan logo harlah ke-24 ini digarap oleh Kgs. Anang Ghozali, salah satu pengurus muda sekaligus pengelola media internal pesantren. Dalam wawancara singkat, Anang menuturkan filosofi di balik tema yang diangkat tahun ini. “Menjaga Al-Qur’an tidak cukup hanya dengan menghafalnya. Lebih dari itu, kita juga harus merawat nilai-nilai peradaban yang lahir darinya. Roudlatul Qur’an harus siap menjadi pelopor peradaban, bukan hanya pengikut arus,” jelasnya.
Peringatan harlah ini tidak hanya menjadi ajang mengenang sejarah, namun juga sebagai momentum memperkuat visi pesantren ke depan: menjadi lembaga pendidikan yang tidak hanya melahirkan hafidz-hafidzah, tetapi juga pemimpin umat yang mampu menanamkan nilai-nilai Qur’ani dalam kehidupan dan peradaban modern.

